TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI optimistis perbaikan defisit transaksi berjalan sesuai target.
Baca: BI: Pertumbuhan Kredit Baru Melambat pada Triwulan I 2019
Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan defisit transaksi berjalan pada kuartal I/2019 akan lebih rendah dibandingkan defisit transaksi berjalan pada akhir kuartal IV/2018 yang mencapai 3,57 persen terhadap PDB. "Sehingga current account deficit pada tahun ini akan mengarah ke 2,5 persen terhadap PDB," ucap Perry Warjiyo, Selasa, 23 April 2019.
Bank Indonesia (BI) akan merilis data defisit transaksi berjalan pada kuartal I/2019 pada pertengahan Mei 2019. Defisit transaksi berjalan Indonesia pada kuartal IV / 2018 membengkak menjadi 3,57 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Angka itu naik dari defisit pada kuartal III/2018, yakni USS$ 8,6 miliar atau 3,28 persen dari PDB. Walhasil, defisit transaksi berjalan Indonesia sepanjang 2018 melebar hingga 2,98 persen terhadap PDB, dibandingkan 1,7 persen terhadap PDB pada 2017.
Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluo yakin kebijakan yang telah digulirkan untuk menjaga daya tarik investasi dalam aset keuangan domestik bisa menarik aliran modal ke pasar dalam negeri, sekaligus memperbaiki defisit neraca pembayaran 2018 yang tembus hingga US$ 7,13 miliar.
Menurut Dody, defisit neraca pembayaran Indonesia (NPI) 2018 disebabkan tekanan di pasar keuangan yang membuat arus modal asing yang masuk ke dalam negeri menurun pada kuartal I-III. Hal ini dipicu oleh kondisi eksternal yang kurang mendukung. "Namun, kebijakan untuk menjaga daya tarik investasi dapat kembali menarik investasi tersebut masuk kembali ke domestik," ujar Dody, Jumat, 8 Februari 2019.
Baca: BI Optimistis Relaksasi RIM Bakal Dorong Kredit Tumbuh Agresif
Buktinya, kata Dody, transaksi modal dan finansial sepanjang kuartal IV/2018 kembali meningkat. Sejalan dengan itu, pergerakan nilai tukar terus menguat sejak Oktober 2018. Dia menegaskan BI dan pemerintah tidak akan tinggal diam.
BISNIS